Kamis, 26 Desember 2013

Kisah Selamat dari Tsunami Aceh


Saat ini 26 Desember, mengingatkan kita pada peristiwa tragis di tahun 2004 silam. Saat itu ombak besar yang bernama tsunami menghantam Aceh dan sekitarnya. Puluhan ribu orang tewas dan hilang. Itulah bencana terbesar yang pernah menimpa Indonesia. Tapi dibalik itu, selalu ada keajaiban yang bisa kita jadikan pelajaran. Jika kita lihat bagaimana hancurnya daratan diterjang tsunami namun ada masjid-masjid yang berdiri kokoh pada tempatnya. Selain itu, ada pula kisah-kisah orang-orang yang diberi petunjuk dan diselamatkan Allah dari bencana besar tersebut. Seperti yang akan dituturkan di bawah ini.

Seperti biasanya di Aceh, minggu pagi itu Ali sibuk menyiapkan peralatannya melaut. Profesi yang sudah lama ia geluti. Hari itu, terlihat tidak ada yang aneh. Semuanya nampak seperti biasa.

Tapi perasaan Ali mulai cemas, ketika gempa dahsyat terjadi pukul 8.00 pagi. Belum pernah dalam hidupnya merasakan gempa yang begitu hebat. Bersama istrinya dia lari keluar rumah. Kemudian, pria itu berjalan menuju pantai yang berjarak 100 meter dari rumahnya, sambil melihat keadaan. Seketika dia mengernyitkan keningnya melihat puluhan penduduk yang tampak kegirangan melihat air laut surut. Mereka berlomba mengambil ikan-ikan yang menggelepar di pantai dengan begitu mudahnya.

Entah kenapa, Ali tidak tertarik untuk mengambil ikan yang berserakan itu. Padahal ia adalah nelayan yang kesehariannya mencari ikan.  Ada kegalauan yang menyelimuti benaknya.

Saat itu dia bertemu dengan temannya, Yunus, Tengku Abdul Laserih (ulama) dan beberapa warga.
 Ali bertanya tentang apa yang terjadi pada Tengku Abdul Laserih yang merupakan ulama
 “Dalam kitab-kitab agama tertulis bahwa dunia ini diciptakan pada hari Minggu,” jawab Tengku Abdul Laserih.
“Lalu apa kaitannya dengan gempa dan surutnya air laut?” Ali bertanya kembali.
“Karena ini hari jadi dunia, mungkin saat ini Tuhan hendak membuat dunia yang baru dengan menghancurkan dunia yang kita tempati sekarang,” Jawabnya lagi. “Atau boleh jadi, ini sebagian tanda-tanda kiamat yang telah dekat.”
Ali masih ingat, saat itu Tengku mengajaknya ke musholla.
“Sebaiknya kita ke musholla saja. Mohon perlindungan Allah SWT,” ucap Tengku dengan nada berat.
Mereka melangkah menuju musholla. Tengku mengajak pula beberapa warga. Mereka bergegas menuju musholla.

Ketika langkahnya semakin dekat musholla, tiba-tiba pandangan mereka tertuju ke arah bukit yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Tetapi bukan bukit itu yang menjadi perhatian, melainkan 8 ekor sapi yang terlihat menaiki bukit dengan susah payah. Seolah ada sesuatu yang menakutkan di tanah lapang tempatnya merumput.

Tentu saja hewan bertubuh tambun itu kepayahan, ada diantaranya yang terguling, tetapi kemudian bangkit dan kembali menaiki bukit. Kejadian itu di saksikan Ali, Yunus, Tengku Abdul Laserih dan beberapa warga lainnya.  Melihat peristiwa yang tidak lazim itu, mereka saling berpandangan. Semuanya menangkap firasat yang kurang baik.

Pada saat kegamangan melanda, tiba-tiba Tengku berkata,
“Alangkah besar dan banyaknya hikmah yang terkandung dalam penciptaan hewan yang terkadang dihina dan diremehkan. Mungkin ini petunjuk Illahi melalui ciptaanNya,” katanya dengan mimik serius.
Lalu dia berkata lagi, “pergilah kalian ke bukit, ikuti hewan itu pergi. Mungkin ada peristiwa besar yang akan terjadi.”
“Sebaiknya Tengku ikut bersama kami,” kata seorang warga menimpali. Tengku Abdul Laserih menggelengkan kepalanya.
“Saya mau shalat dan zikir. Semoga kita semua khusnul khotimah,” jawab Tengku tersenyum.
Warga memeluk Tengku dengan air mata bercucuran. Sebagian ada yang mencium tangannya.

Mereka mengantar Tengku hingga masuk musholla. Beberapa orang yang tidak ingin meninggalkan gurunya itu menemaninya di musholla. Sementara yang lain berlari sekuat tenaga ke arah bukit. Mata mereka terus tertuju ke arah bukit sambil memperhatikan 8 ekor sapi yang berlarian mencapai tempat tertinggi.

Saat langkah mereka sudah mendekati bukit, tiba-tiba pendengaran mereka dikejutkan suara mendengung yang sangat keras. Kemudian mereka membalikkan wajah menghadap samudera. Pandangan mereka tertuju ke arah gumpalan hitam setinggi puluhan meter yang menggulung-gulung di tengah lautan. Saat itu mereka kaget dan baru meyadari memang ada bahaya yang luar biasa yang akan datang.

Ali dan warga lainnya mempercepat langkah menaiki bukit. Beberapa saat kemudian, tragedi itupun datang. Tsunami berkecepatan 900 km/jam bergerak mencapai dataran. Sayup-sayup Ali mendengar suara adzan yang menggema dari speaker musholla, tempat Tengku Abdul Laserih dan beberapa warga berada di dalamnya. Hanya sekejap suara itu di dengarnya. Detik berikutnya, air menyapu habis kawasan Lhok Nga.



Dari atas bukit, ada sekitar 100 orang yang menatap peristiwa itu dengan kepedihan yang sangat dalam, menyaksikan kampung halaman mereka tenggelam disapu ombak yang sangat tinggi.Mereka hanya bisa menangis, tanpa bisa berbuat apa-apa. Dan mereka tidak bisa membayangkannya, andaikata tidak melihat 8 ekor sapi yang berlarian menaiki bukit.

Meski selamat, Ali kehilangan seorang istri. Sedangkan Yunus kehilangan istri, 6 anak dan 7 cucu.
Siapakah yang memberi ilham kepada hewan-hewan yang digolongkan tidak berakal itu untuk menaiki bukit?

Tentu saja ini adalah petunjuk Allah SWT melalui mahlukNya, hingga mereka yang terancam bahaya dapat selamat dari bencana. Semoga kita pun diingatkan dengan cerita ini. Dan kita menjadi orang yang juga selalu diselamatkan dari segala marabahaya.

sumber cerita : http://rizalanakaceh.blogspot.com


Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon