Jumat, 10 Januari 2014

Cerita Inspirasi, Satu Koin


Di sebuah desa tinggalah 2 orang bersaudara. Sebut saja Si Untung dan Si Alan. Walaupun mereka bersaudara, namun mereka begitu berbeda. Si Alan mempunyai cita-cita yang sangat tinggi. Ia ingin sekali menjadi orang yang paling sukses di seluruh dunia. Sedangkan Si Untung mempunyai prinsip yang sederhana dalam hidupnya. Menurutnya, Ia harus melakukan sesuatu yang lebih baik di setiap detik dan di setiap nafas hidupnya.

Walaupun Si Alan mempunyai cita-cita yang sangat tinggi, namun dari segi prestasi justru Si Untung lebih baik darinya, baik prestasi akademis maupun non akademis. Si Untung banyak mengikuti lomba-lomba mulai dari yang berhubungan dengan seni, olahraga, maupun akademis. Walaupun seringkali gagal jadi juara, tapi juga ada prestasi yang didapatkannya. Sedangkan Si Alan jarang sekali mengikuti lomba-lomba. Ia merasa malu, ragu, dan takut apabila nantinya gagal, takut dicemooh orang, atau takut terluka. Ia lebih sering melamunkan masa depan dan cita-citanya. Ia begitu yakin bakal sukses suatu saat. Ia bakal berusaha suatu saat nanti untuk sukses. Namun entah kapan.

Suatu hari dikampungnya diadakan suatu perlombaan menyambut 17 agustus. Perlombaan itu adalah mencari koin-koin yang telah disembunyikan oleh panitia. Si Untung pun mengikuti perlombaan tersebut, Si Alan tidak mau mengikuti lomba tersebut, karena menurutnya lomba itu tidak penting dan buang–buang waktu saja. Ia lebih suka melamunkan kesuksesangnya di masa depan. Namun Si Untung berusaha membujuk saudaranya itu untuk mengikuti lomba tersebut. Akhirnya setelah dibujuk terus Si Alan mau juga ikut lomba itu. Ada 5 koin yang disembunyikan panitia dan para peserta harus menemukan koin-koin tersebut. Setiap peserta juga diberikan peta petunjuk disembunyikannya koin-koin tersebut. Medannnya cukup sulit apalagi sore kemarin desa mereka baru diguyur hujan dan membuat beberapa wilayah becyek, dan licyinn gak ada ojyek pula.

Bunyi terompet tanda dimulainya perlombaan terdengar. Perlombaan pun dimulai. Semua peserta bergegas mencari koin-koin tersebut, naik ke pohon, menggali tanah, menyingkirkan semak, nyebur ke kali, semuanya dilakukan. Jika dilihat dari peta, ada 4 koin yang disembunyikan di daerah yang sama, sementara 1 koin lagi letaknya sangat jauh di puncak gunung yang curam dan berbahaya.

Di saat peserta lain berusaha keras mencari koin-koin tersebut, Si Alan malah duduk-duduk santai. ”Alan kenapa kamu duduk-duduk saja, kalau begitu kamu tidak akan menang” kata si Untung. ”Males ah . . ., nanti kotor, terus kalo luka gimana. . .” kata si Alan sambil duduk-duduk santai dan bersandar pada sebuah pohon. Namun ketika sedang asyik bersantai, tanpa disengaja tangannya menyentuh sesuatu yang berbentuk pipih dan bulat serta keras. Si Alan pun kaget melihatnya. Ternyata yang ia pegang adalah koin yang disembunyikan panitia. Ia pun kegirangan karena menemukan 4 koin sekaligus. Di koin itu masing-masing bertuliskan kekayaan, kesuksesan, kebahagiaan dan harapan. Ia pun sudah sangat puas walau 1 koin lagi belum diketemukan. ”Aku serahkan saja langsung ke panitia, lagi pula 4 koin saja aku sudah menang, apalagi 1 koin lagi letaknya sangat jauh di puncak gunung yang tinggi”. Kata si Alan. Peserta lain pun sudah menyerah karena tak mungkin lagi mengumpulkan koin lebih banyak. Kecuali si Untung ”masih ada 1 koin lagi yang belum ditemukan, aku tak akan menyerah walau tak mungkin mengumpulkan koin lebih banyak dari saudaraku” kata si Untung.

Si Untung pun pergi mendaki gunung yang curam dan ia terus maju pantang menyerah untuk menemukan koin itu walau sering jatuh, terluka, keringat dan darah pun bercucuran. Di sisi lain sodaranya si Alan menyerahkan koin yang ia dapat ke panitia. Namun panitia belum mengumumkan pemenangnya sampai seluruh peserta berkumpul.

”Si untung itu kaya orang gila saja, sudah jelas tidak akan menang, tapi tetep nyari koin itu” kata peserta lainnya. Akhirnya si Untung pun datang dengan terpincang-pincang dan luka-luka di sekujur tubuhnya. Tapi ia berhasil menemukan koin itu. Di koin itu bertuliskan tulisan resiko. Si Untung pun menyerahkan koin itu ke panitia.

Akhirnya panitia mengumumkan siapa pemenangnya, ”Baiklah kami kami akan umumkan pemenangnya. Pemenang lomba mencari koin dan berhak mendapatkan hadiah 1 unit sepeda motor dimenangkan oleh . . . . . si Untung. . .  ..!!!. Seluruh peserta lain pun terkejut, terutama si Alan. ”Ini tidak adil. . .ini curang. . huuu dasar panitia licik. Saya sudah mengumpulkan 4 koin sedangkan si Untung hanya 1 koin, seharusnnya aku yang menang” ucap si Alan begitu marah.

Namun panitia tidak menggubrisnya. Panitia pun menyerahkan 5 koin yang diperebutkan (koin harapan, kekayaan, kebahagiaan, kesuksesan, dan koin resiko) kepada si Untung. Selain itu panitia pun menyerahkan 1 unit sepeda motor kepada si Untung. Si untung pun terkejut. ”Mengapa aku bisa menang, padahal aku hanya mengumpulkan 1 koin” kata si Untung. ”Ini sudah keputusan panitia” kata panitia.

Si Untung pun pergi ke tepi sungai dan berpikir. Sementara si Alan pulang dan mengurung diri di kamar lantaran kesal. Setelah sekian lama berpikir di tepi sungai, akhirnya si Untung mendapat jawabannya. Koin yang ia dapat adalah koin resiko, sementara koin yang ditemukan si Alan adalah koin kekayaan, kesuksesan, kebahagiaan, dan harapan. Tapi si Alan tidak berani mengambil koin resiko karena terletak di tempat yang sulit. ”Ya. . . .mungkin dalam hidup ini kita tidak akan mendapatkan harapan, kekayaan, kesuksesan, dan kebahagiaan apabila kita tidak berani mengambil resiko” itulah yang si Untung pikirkan.
.............

”Dalam hidup ini kita tidak akan mendapatkan harapan, kekayaan, kesuksesan, dan kebahagiaan apabila kita tidak berani mengambil resiko”


Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon