Jumat, 07 Oktober 2016

Kisah Sukses Hary Tanoe Menjadi "Raja Bisnis Media"


Mungkin Sobat sudah tau Hary Tanoesoedibjo atau yang akrab disaba Hary Tanoe. Ia adalah pemilik dari sebagaian besar stasiun televisi nasional seperti MNC TV, RCTI, Global TV, serta iNews TV. Seperti juga Chairul Tanjung, Hary Tanoe bisa dibilang adalah rajanya bisnis media. Karena memang Hary Tanoe yang paling banyak memiliki stasiun televisi.

Walau ternyata usahanya pun bukan hanya di bidang media televisi saja. Di bidang media selain punya stasiun televisi, dia juga punya stasiun televisi berbayar yaitu indovision, dia juga punya media cetak seperti koran Sindo, dan beberapa media cetak lainnya. Lalu dia juga punya beberapa stasiun radio. Sementara usaha lainnya dia juga mendirikan usaha di bidang keuangan dan perbankan, sampai bidang properti, pupuk, dan pertambangan. Pokoknya usahanya banyak banget.

Lalu yang jadi pertanyaan adalah bagaimana dia memulai usahanya sampai menggurita seperti sekarang ini?

Berikut ini adalah biografi atau kisah sukses Hary Tanoe dalam membangun usahanya hingga menjadi "Raja Bisnis Media"

Latar Belakang Hary Tanoe

Hari Tanoe lahir pada 26 September 1965 di Surabaya. Ayahnya, Ahmad Tanoesoedibjo, adalah pengusaha sukses yang mendirikan usaha PT Adhikarya Sejati Abadi bersama mantan presiden Gus Dur. Dari ayahnyalah Hary belajar berbisnis.

Selepas sekolah di Indonesia, ia mengenyam pendidikan di luar negeri. Tepatnya di Carleton University, di kota Ottawa, Kanada. Ia mengambil jurusan Bachelor of Commerce. Lalu setelah itu ia melanjutkan kuliahnya untuk mendapatkan gelar Master of Business Administration di universitas tersebut. Di masa kuliah, Hary memang dikenal sangat cerdas, saat itu ia hanya membutuhkan waktu 1 tahun untuk meraih gelar masternya.

Hary Tanoe Memulai Bisnis

Setelah selesai mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Kanada pada 1989, di usianya yang masih 24 tahun, dirinya langsung mulai berbisnis dengan mendirikan PT Bhakti Investama. Sebuah perusahaan di bidang investasi. Saat itu perusahaan investasi tersebut masih belum besar. Namun ia yakin, perusahaan tersebut akan berkembang karena Indonesia memang memiliki potensi yang sangat besar.

Melalui Bhakti Investama, Hary membeli perusahaan lain, lalu membenahinya dan menjualnya kembali. Hary mampu membenahi perusahaan yang sudah hampir bangkrut dan bermasalah. Semenjak terjun ke dunia bisnis investasi, sampai tahun 1997 ia menjadi pemain di bursa efek. Perusahaan yang didirikannya semakin berkembang dan menjadi lebih besar. Sampai akhirnya, krisis melanda Indonesia di tahun 1997-1998. Namun saat itu ia ia yakin bahwa setiap krisis adalah masalah, tapi juga ada kesempatan. Di saat krisis itulah ia malah memulai titik poin investasi ke perusahaan secara permanen, bukan hanya membeli perusahaan, diperbaiki, dan dijual lagi.

Pada saat krisis, banyak perusahaan yang dijual sangat murah oleh sejumlah bank karena kredit macet. Saat itu pula ada juga perusahaan yang dialihkan kepada pemerintah melalui BPPN. Di saat itu justru menjadi peluang bagi Hary Tanoe untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang bermasalah. Selama tahun 1998 sampai 2001, Hary cukup aktif dalam melakukan merger. Di tahun 2000, Hary Tanoe mengambil alih PT Bimantara Citra Tbk, perusahaan yang awalnya dimiliki oleh anak mantan presiden Soeharto, yaitu Bambang Trihatmojo. 

Hary Tanoe menjadi Raja Bisnis Media

Melalui perusahaan yang diakuisisinya, ditahun 2002 ia membentuk MNC Grup. Saat itu ia berniat ingin menguasai bisnis media. Saat itu ia yakin bisnis media akan menjadi bisnis yang menjanjikan. RCTI adalah stasiun televisi pertama yang dimiliki Hary Tanoe melalui MNC group. Kemudian ia memiliki Global TV, dan MNC TV. Serta yang terbaru iNews TV. 

Selain itu, Hary Tanoe juga kemudian memiliki 16 televisi lokal dan beberapa tv berlanganan seperti Indovision, Top TV dan Oke Vision. Lalu, ia juga memiliki media cetak, yaitu  Koran SINDO (Seputar Indonesia), beberapa majalah, media online, dan 34 radio. Dari semua media yang dimilikinya Ia mempekerjakan belasan ribu karyawan. 

Bisnis medianya memang berkembang dengan pesat. Contohnya RCTI, ketika memulainya pertama kali di tahun 2002, Hary Tanoe memerlukan investasi sebesar Rp 900 miliar. Dan saat ini angkanya meningkat pesat menjadi Rp 7 triliun. Hary Tanoe juga mengembangkan sayap bisnisnya di bidang lain seperti jasa keuangan, multifinance, dan asuransi jiwa, serta perbankan. Selain itu ia pun menjalankan bisnis di bidang properti. Ada beberapa properti miliknya seperti Plaza Indonesia, Grand Hyat, dan beberapa gedung perkantoran. Ia juga merambah ke bidang pertambangan batubara, serta memproduksi pupuk. Namun, bisnis terbesarnya tentu adalah bisnis media.

Yang Harus dimiliki Pengusaha Menurut Hary Tanoe

Menurutnya, apabila seseorang ingin sukses berbisnis, ada tiga prinsip yang harus dipegang, yaitu visi,integritas, dan konsisten. Dengan visi, kita akan mengetahui tujuan yang ingin dicapai. Seperti saat kita naik kendaraan, kita harus tau tujuan kita mau kemana. 

Kita harus memiliki integritas, yaitu komitmen dan kepercayaan, serta konsistensi. Ketika kita mencoba dan tidak berhasil, pelajarilah mengapa kita gagal, jangan malah mencoba hal lain yang kemudian gagal lagi. Lebih baik fokus dahulu sampai berhasil, dan yakinlah akan berhasil. 

Itulah kisah sukses dari profil Hary Tanoe sebagai pengusaha. Khususnya seorang raja bisnis media. 

Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon