Jumat, 21 Oktober 2016

Kisah Sukses Pengusaha Bimbel dengan Ratusan Karyawan dan Puluhan Cabang


Tridaya, adalah sebuah lembaga bimbingan belajar yang sudah cukup dikenal di Bandung dan beberapa kota lainnya. Dengan ciri khas perpaduan antara warna biru dan kuning. 

Kami sempat mendatangi sebuah gedung Tridaya di Citereup, Cimahi, sebuah gedung yang yang terdiri dari beberapa lantai dan cukup besar untuk ukuran sebuah lembaga pendidikan. Gedung itu hanyalah satu di antara 22 cabang Tridaya yang telah berdiri hingga saat ini. Yang tersebar di setiap penjuru kota Bandung dan beberapa di kota lain. 

Ida, dan Ugie, adalah sepasang suami istri yang mendirikan dan membangun lembaga pendidikan Tridaya hingga sebesar sekarang. Bukan hanya lembaga bimbingan belajar Tridaya yang telah mereka bangun, tapi di bawah naungan Yayasan Bangun Tunas Bangsa, mereka juga telah membangun Tridaya psyducation, Pg-tk Tridaya, SD Tridaya Tunas Bangsa, kursus matematika (Batik), dan juga LKP Ev-Bilimi. 

Dari apa yang mereka bangun, kini mereka telah membuka lapangan pekerjaan bagi lebih dari 400 orang. Dan sejak tahun 1991 hingga saat ini, Tridaya telah membimbing sekitar 78 ribu murid untuk meraih prestasi dan cita-citanya.

Namun untuk membangun semua itu tidaklah seperti Bandung Bondowoso yang membangun seribu candi hanya dalam waktu semalam. Tridaya bisa besar seperti saat ini tak hanya dalam waktu semalam, butuh waktu hampir seperempat abad sejak pertama kali Tridaya didirikan. 

Tentu bukanlah waktu yang singkat untuk membangun semua itu. Dan bukan pula hal yang mudah. Penuh cerita pahit, getir, dan perjuangan tak kenal menyerah. Namun ketika semua itu dibalut dengan keikhlasan, cinta, dan kasih sayang, semua tantangan itu mampu mereka kalahkan tanpa merasa terbebani.

Tak pernah terbayangkan dalam benak Ida dan Ugie kala itu, bahwa bimbingan belajar yang mereka bangun bisa sebesar sekarang. Dahulu, ketika masa kuliah, Ugie dan Ida, hanyalah mahasiswa dan mahasiswi biasa, yang mengisi kekosongan waktu dengan mengajar di sela-sela kegiatan kuliah mereka. 

Saat itu mereka memutuskan untuk mencari murid dan mengajar les privat dari rumah ke rumah. Langkah demi langkah penuh getir mereka lalui. Yang awalnya mengajar dari rumah ke rumah, lalu memulai dari sebuah ruangan kecil berukuran 3x3 meter, dan terus berkembang menjadi unit-unit yang menempati gedung-gedung yang terus bertambah jumlahnya. 

Kini, langkah-langkah selama seperempat abad itu menjadi sebuah cerita penuh kenangan bagi mereka. Untaian senyum yang mereka pancarkan adalah buah dari kerja keras, keikhlasan, dan tetesan keringat yang saat ini menjadi cerita penuh inspirasi bagi siapa saja.

Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon