Rabu, 25 Desember 2013

Menerapkan Strategi Bakar Kapal


 Ada dua pilihan bagi pegawai yang ingin memulai usaha, bakar kapal atau berdiri di dua kapal. Bakar kapal artinya kita benar-benar keluar dan langsung memulai usaha, sementara berdiri di dua kapal artinya usaha dijadikan sebagai sampingan dulu, begitu membesar baru pindah kapal.

Sebenarnya, dari mana sih ada istilah bakar kapal? Sebenarnya istilah bakar kapal sendiri berawal dari jaman dahulu ketika peperangan terjadi.

Sejarah Istilah Bakar Kapal

Dalam sejarah Islam ada panglima perang yang memiliki strategi luar biasa. Panglima perang itu adalah Thariq Bin Ziyad yang pada tahun 97 H (sekitar tahun 710 Masehi) memimpin 7,000 pasukan Islam memasuki Spanyol yang dijaga oleh 25,000 pasukan pimpinan Raja Roderick.

Setelah berhasil menyeberang ke daratan Spanyol, tiba-tiba Thariq mengambil langkah yang hingga sampai kini membuat tercengang para ahli sejarah. Ia membakar kapal-kapal yang mengangkut pasukannya. Lalu ia berdiri di hadapan para tentaranya seraya berpidato dengan lantang, dan tegas.

“Di mana jalan pulang? Laut berada di belakang kalian. Musuh di hadapan kalian. Sungguh kalian tidak memiliki apa-apa kecuali sikap benar dan sabar. Musuh-musuh kalian sudah siaga di depan dengan persenjataan mereka. Kekuatan mereka besar sekali. Sementara kalian tidak memiliki bekal lain kecuali pedang, dan tidak ada makanan bagi kalian kecuali yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian. Sekiranya perang ini berkepanjangan, dan kalian tidak segera dapat mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Akan lenyap rasa gentar mereka terhadap kalian. Oleh karena itu, singkirkanlah sifat hina dari diri kalian dengan sifat terhormat. Kalian harus rela mati. Sungguh saya peringatkan kalian akan situasi yang saya pun berusaha menanggulanginya. Ketahuilah, sekiranya kalian bersabar untuk sedikit menderita, niscaya kalian akan dapat bersenang-senang dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, janganlah kalian merasa kecewa terhadapku, sebab nasib kalian tidak lebih buruk daripada nasibku…”

Selanjutnya ia berteriak kencang: “Perang atau mati!” Pidato yang menggugah itu merasuk ke dalam sanubari seluruh anggota pasukannya. Sehingga pada saat itu Thariq dan pasukannya berhasil menguasai Spanyol.

Kemudian strategi perang Thariq ini diajarkan secara turun temurun baik di dunia Islam maupun diluar Islam. Sekitar 800 tahun kemudian, kurang lebih sepuluh generasi setelah Islam masuk Spanyol, keturunan bangsa Spanyol yang bernama Hernando Cortez pun meniru strategi Thariq tersebut ketika ia memimpin ekspedisi untuk menaklukkan Mexico.

Hernando Cortez memimpin paskukannya dalam menaklukkan bangsa Aztecs untuk merebut emas dan harta-harta lainnya. Ia membakar 11 kapal yang membawa pasukannya mencapai daratan Mexico. Dengan demikian tidak ada pilihan untuk mundur, jalan hanya satu arah yaitu maju kedepan.

Hasil dari kebulatan tekat Hernando Cortez, sampai sekarang bahasa resmi yang dipakai di Mexico adalah bahasa Spanyol. Ini menunjukkan betapa berhasilnya Hernando Cortez meniru strategi Thariq Bin Ziyad dalam upaya menaklukkan Mexico yang menjadi jajahan Spanyol sampai beratus tahun kemudian.

Jika Hernando Cortez mampu menerapkan strategi perang bakar kapal yang dilakukan Thariq bin Ziyad, seharusnya kita pun mampu menerapkannya. Bukan untuk peperangan, tapi untuk menggapai cita-cita dan harapan kita, untuk meraih apa yang benar-benar ingin kita raih dan memberikan manfaat yang seluas-luasnya.



Silakan komentar dengan baik dan bijak. Sesuai dengan artikel yang dibaca :)
EmoticonEmoticon